Kamis, 02 Mei 2013

Mari Cuci Tangan Pakai Sabun

Ajak anak sedini mungkin untuk praktik cuci tangan pakai sabun.
Cuci tangan pakai sabun: perilaku sederhana yang berdampak luar biasa!

Film Cuci Tangan Pakai Sabun

Rabu, 07 Mei 2008

Mulutmu, Harimaumu

Suatu sore, ada tamu datang ke kost temanku. Seorang laki-laki dengan penampilan bersahaja. Karena temanku sedang tidak ada di tempat, dia menitipkan sesuatu pada teman sekost temanku. Sebuah kotak kardus berisi roti. Tamu itu langsung berpamitan.
Ketika temanku pulang, mereka menyantap roti itu sambil nonton televisi. Saat itu di televisi sedang menampilkan wawancara dengan seorang tokoh penting di negara ini.
Sambil mengunyah roti, temannya temanku berujar, ”Aih... aku benci sekali dengan orang itu. Sok pinter, sok paling bener. Coba aku ketemu dengan dia atau keluarganya di jalan, aku akan omelin habis-habisan!”
Temanku tersenyum-senyum mendengarnya. ”Kamu tidak suka dengan dia, tapi kamu makan roti dari dia banyak sekali.”
”Apa maksudmu?” tanyanya tidak mengerti.
”Iya, roti yang kamu makan itu dari dia.”
”Ah, bagaimana bisa?” dia makin tidak mengerti.
”Kamu tahu, laki-laki yang tadi mengantarkan roti itu adalah anak Bapak A yang tidak kamu sukai itu. Dia kan teman seangkatanku di kampus. Kami satu jurusan dan sering duduk sebangku,” jelas temanku panjang lebar dengan agak geli.
”Oh... begitu? Ah, kenapa kamu tidak beritahu aku?” sesalnya
”Memangnya, kalau kamu tahu kenapa? Mau kamu omelin?”
Temannya mulai salah tingkah. ”Ah... tidak. Aku akan ajak dia untuk diskusi bersama.”
Sementara itu, dia tetap mengunyah roti di mulutnya. Dan, tak lama kemudian roti di kardus sudah tandas dimakan olehnya.

Senin, 07 April 2008

Manusia-manusia Cerdas yang Pernah Kukenal

Sesungguhnya, di dunia ini, di Indonesia, bahkan di sekitar kita, tersimpan bibit-bibit unggul yang disebut manusia cerdas. Aku juga mengenal dan mengagumi manusia cerdas yang ada di sekelilingku.
Yang pertama, temanku SMP bernama Henry. Dia adalah tipe orang cerdas yang selengekan. Bukan karena meniru group band Slank, karena jaman aku SMP belum ada group band Slank. Memang dasarnya Henry ya begitu. Gaya khasnya kalau berangkat ke sekolah: tas kain abu-abu yg sudah lusuh dan talinya puanjaaaang sekali sampe ke lutut. Isinya sekitar tiga buku saja. Dia paling canggih pelajaran fisika, paling sebal dengan pelajaran bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia kami, Bu Rahmat, sering memberi kesempatan pada murid-muridnya untuk memeriksa ulangan sendiri. Kertas-kertas hasil ulangan akan disebarkan acak dan tentu saja tidak boleh memeriksa hasil ulangan sendiri.
Aku pernah memeriksa hasil ulangan temanku Henry itu. Wah…, jawabannya benar-benar membuatku takjub!
Pertanyaan: Siapa nama tokoh utama wanita dalam Layar terkembang?
Jawaban Henry: Madonna
Pertanyaan: Bagaimana akhir kisah pada cerita Sengsara Membawa Nikmat?
Jawaban Henry: Baca aja sendiri di halaman akhir
Dan Henry benar-benar tidak peduli kalau hasil ulangan bahasa Indonesia kali itu mendapat nilai 4.
Yang kedua, adalah temanku SMA bernama Kawindra. Panggilannya unik, Kawin. Sampai-sampai guruku dulu pernah menganggap temanku tidak sopan karena berulangkali meneriakkan kata ”Kawin”. Padahal maksudnya ya memanggil temanku si Kawin itu.
Kalau di kelas, dia sering duduk di belakangku atau di bangku seberangku. Jadi aku sangat mengenal perilakunya yang tidak pernah menyimak pelajaran dengan baik. Dia lebih suka berkhayal membuat cerita sendiri dan mempraktekkannya dengan menirukan suara seperti pemain wayang atau pemain ketoprak. Ada-ada saja ceritanya tiap hari. Dan aku senang kalau dia duduk di belakangku, karena seperti mendapat hiburan gratis. Apalagi kalau pelajaran terasa membosankan.
Hebatnya, walau berangkat sekolah naik sepeda hanya membawa sebuah buku yang diselipkan di bagian belakang celana dan buku itu tidak pernah diganti karena jarang dipakai untuk menulis, tidak pernah serius mendengarkan pelajaran dan malah asyik membuat cerita sendiri, hasil ulangannya selalu bagus.
Dia juga tidak pernah mengerjakan PR. Sebelum jam pelajaran dimulai, dia akan pinjam PR-ku untuk disalin. Aku memang tidak pernah keberatan PR-ku dicontek, apalagi oleh Kawin. Karena Kawin tidak hanya sekedar mencontek, tapi betul-betul mengoreksi jawabanku. Bahkan untuk PR yang menurutku paling rumit: membuat rantai kimia. Aku hanya bisa memandangnya kagum ketika dia menjelaskan ini dan itu untuk membetulkan jawaban PR-ku.
Ketika kemudian dia diterima UMPTN di Fakultas Biologi Lingkungan, tetap saja kelakuannya tidak berubah. Aku pernah sengaja datang ke rumahnya karena mau pinjam buku-buku literatur untuk mendukung karya ilmiah tentang pengolahan limbah plastik yang sedang kususun bersama teman-teman untuk ikut lomba di kampus. Dia bilang bahwa dia tidak punya buku kuliah sama sekali. Membacanya pun tidak.
”Lho, lalu kalau kamu bikin paper gimana? Kan pasti ada literatur pendukung yang kamu kutip,” tanyaku terheran-heran.
Dengan santai, dia menjawab,”Oh..., kubuat ngawur saja. Kutulis teori-teori sendiri, lalu kucantumkan di footnote judul buku, nama pengarang, halaman yang aku karang sendiri. Padahal sebenarnya buku itu nggak ada sama sekali.”
”Dosenmu tidak tahu?”, tanyaku lagi.
”Tidak, tuh. Nilainya juga keluar kok. Biasanya dapat B.”
Kembali aku hanya bisa memandangnya dengan kagum.

v.a

Selasa, 01 April 2008

DMS=Diesel Machine Syndrome di Timor Loro Sae

Istilah itu memang istilah yang dibuat oleh kami sendiri, aku dan teman-teman seangkatan kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Timor Timur (waktu Timor Timur masih bergabung dengan NKRI). Dosen dan asisten dosen pembimbing lapangan kami menggunakan mobil bermesin diesel yang disewa sebagai sarana transportasi selama di Timor Timur. Tentu saja, tujuannya antara lain untuk memantau para mahasiswa KKN: apakah para mahasiswa menjalankan tugasnya dengan baik atau malah menggunakan kesempatan di Timor Timur untuk berpiknik ria.
Suara mesinnya sangat khas. Sehingga begitu mendengar suara mesin mobil tersebut, kami langsung pasang aksi serius menjalankan tugas masing-masing. Itulah mengapa kami membuat istilah DMS. Diesel Machine Syndrome.
Dasar kami ini bandel-bandel, ada saja cara kami untuk curi-curi kesempatan kumpul bareng, lepas sejenak dari rutinitas tugas KKN. Acaranya, apalagi kalau bukan hahahihi bersama. Topiknya macam-macam, tapi topik yang tidak pernah absen adalah membicarakan kelakuan para APL (asisten pembimbing lapangan). Para APL ini kadang memang agak menyebalkan. Lebih sok daripada dosennya. Teman-teman sering berimajinasi, kira-kira bagaimana isi pembicaraan para APL yang berjumlah tiga orang itu ketika memantau kami. Saat itu, alat komunikasi canggih yang bisa mereka gunakan adalah handy talky. Belum ada handphone, sih. Begini imajinasi kami:
APL I : Elang II laporkan posisi pada Elang I. Ganti.
APL II : Elang II lapor: saat ini Elang II dan Elang III sedang di depan Balaikota. Ganti.
APL I : Elang II, bagaimana keadaan di Balaikota? Ganti.
APL II : Elang II lapor: tidak terlihat anak-anak ayam di Balaikota. Nampaknya mereka ada di kandang masing-masing.
Begitulah. Imajinasi itu cukup menghibur kami. Bahwa kami berhasil lolos dari sergapan para Elang. Asal tahu saja, para Elang ini rajin beroperasi karena konon mereka akan mendapat bonus bila berhasil mengeluarkan SP alias Surat Peringatan. Konon juga, bonusnya berupa uang yang jumlahnya lumayan kalau dikumpulkan. Para Elang akan kesulitan memantau anak-anak ayam kalau kami tidak menuliskan pesan di dalam DAFTAR MENINGGALKAN POSKO. Ah, kami kan tinggal beralasan, lupa menuliskan karena buru-buru ada program mendadak yang harus dijalankan. Kebohongan memang biasanya ditutupi dengan kebohongan, kan?!
Tapi tidak selamanya, kok kami harus berbohong. Aku dan Darsono, temanku satu kelompok (kelompok KKN kami hanya berdua-dua), pernah dengan gagah berani menuliskan pesan di DAFTAR MENINGGALKAN POSKO begini:
Tanggal : 30 Juli 1996
Jam : 10.00 WIT - selesai
Nama : Vita dan Darsono
Tujuan : Pantai Kelapa
Keterangan : Refreshing. Sedang pusing!!!
Saat kami sedang asyik bermain di pantai yang berpasir putih, berair biru jernih (sayang sekali, sekarang bukan lagi bagian dari negara Indonesia tercinta), kami mendengar suara mesin yang khas itu. Dari balik bukit pasir, kami berdua mengintip. Wah, benar! Para Elang sedang beroperasi!

v.a

Kamis, 21 Februari 2008

Bidadari-bidadari yang Turun ke Bumi

Pernah dengar cerita Jaka Tarub yang bertemu dengan tujuh bidadari cantik dari kahyangan? Walau bidadari hanya ada dalam dongeng, tapi aku menemukan bidadari-bidadari di abad ini.
Mereka adalah teman-temanku sendiri.
Yang pertama adalah teman kuliahku. Namanya Detty. Mojang bandung yang berkulit bersih, pintar, kaya, ramah, dan baik hati.
Dengan sederet anugerah yang dia miliki tersebut, wajar kan kalo aku menyebutnya sebagai bidadari?
Tentu saja bidadari Detty ini sangat populer di kampus kami. Hebatnya, nah... ini yang kukagumi dari Detty. Dia tidak pernah pilih-pilih teman. Dia bisa berteman dengan siapa saja. Bahkan dengan teman yang dijauhi oleh yang lain gara-gara punya sikap agak menyebalkan. Kalau teman lain lebih memilih menyingkir begitu si xxx ini datang, Detty justru dengan senang hati menemaninya, bahkan berboncengan ketika pulang kuliah.
Padahal, yang seringkali kutemui adalah makhluk-makhluk cantik yang populer di kampus yang sombongnya minta ampun. Hanya mau berteman dengan yang mereka anggap sederajat. Sama kayanya, sama cantiknya, dan populer juga. Barangkali, ada kebanggaan tersendiri ketika mempunyai teman yang populer.
Untungnya Detty tidak. Sepertinya, semua orang adalah teman bagi Detty. Tidak ada klasifikasi apa pun untuk bisa jadi teman Detty.
Seperti mojang Bandung pada umumnya, Detty mempunyai kulit yang bersih. Pokoknya sudah top deh. Makanya aku sangat khawatir ketika dia bilang padaku bahwa dia akan ikut perawatan kulit di salah satu dokter kulit ternama. Yang membuat aku khawatir, sudah diketahui oleh umum kalau dokter ini menggunakan produk yang mengandung merkuri. Wah, aku nggak rela kulit Detty yang bagus itu menjadi tercemar.
"Kenapa sih Det kamu mau ke dokter itu? Kulitmu kan sudah bagus banget," protesku.
"Soalnya aku ingin seperti Anne. Kulitnya jadi licin setelah ke dokter itu. Lagipula, ada jerawat nih di dekat hidungku. Coba lihat!"
Dengan cermat kuamati wajahnya. Gak ada jerawat sama sekali.
"Mana? Gak ada kok?"
"Ini lho, kecil. Tapi ini jerawat."
"Walah Det. Gak keliatan kok. Pakai aja obat jerawat biasa, nanti juga hilang."
Wajahku yang bertekstur oleh jerawat aja gak pernah kupedulikan. Hehe...

Bidadari yang lain adalah Esther. Ini teman kerjaku. Anugerah yang dimiliki oleh Detty juga dimiliki oleh Esther. Persis. Dan yang kutahu, bidadari Esther ini lemah lembut dan tidak pernah marah. Sampai-sampai Egi mengoloknya, "Ayo, lepas topengmu. Masak sih kamu sesempurna itu gak pernah marah."
Hehe..., tapi aku yakin bahkan kalau marah pun wajahnya tetap cantik.
Esther tahu gak ya kalau banyak cowok di kantor kami mengidolakan dirinya? Cowok-cowok ini dengan penuh semangat menceritakan kehebatan bidadari Esther. Sampai-sampai, mereka yang ada di daerah menanti-nantikan kedatangan Esther.
Benar-benar bak Jaka Tarub melihat bidadari turun ke bumi!

v.a

Ayo, Pulang ke Kandang!

Yang ini juga gambar yang kubuat tanpa sengaja. Kasusnya persis dengan gambar si Kupu-kupu.
Alat gambar yang dipakai:
  • Pensil warna
  • Krayon
  • Pena gambar
  • Bentuk si Induk Ayam ini diinspirasi oleh ilustrasi karya Pat Hutchins.

    Kalau gambar anak-anak ayam sih cuma bulatan aja. Gambar rumpun bunga itu favoritku sejak SD. Kalau diminta gambar tumbuhan, model begitu deh yang kupakai. Gampang, sih! He...

    Jadi, maklum ya kalau gambarku kekanak-kanakan.

    v.a

    Selasa, 19 Februari 2008

    Si Kupu-Kupu

    Gambar kupu-kupu mungil ini kubuat dengan tanpa sengaja. Gara-gara penata lay out buku yang sedang kukerjakan menyarankan untuk memperbaiki gambar kupu-kupu yang sebenarnya sudah dibuat oleh anak-anak. Katanya gambar kupu-kupu mereka kurang jelas untuk dijadikan ilustrasi buku. Jadi, ya kubuatlah gambar ini. Menarik, nggak sih? hehe...