Senin, 07 April 2008

Manusia-manusia Cerdas yang Pernah Kukenal

Sesungguhnya, di dunia ini, di Indonesia, bahkan di sekitar kita, tersimpan bibit-bibit unggul yang disebut manusia cerdas. Aku juga mengenal dan mengagumi manusia cerdas yang ada di sekelilingku.
Yang pertama, temanku SMP bernama Henry. Dia adalah tipe orang cerdas yang selengekan. Bukan karena meniru group band Slank, karena jaman aku SMP belum ada group band Slank. Memang dasarnya Henry ya begitu. Gaya khasnya kalau berangkat ke sekolah: tas kain abu-abu yg sudah lusuh dan talinya puanjaaaang sekali sampe ke lutut. Isinya sekitar tiga buku saja. Dia paling canggih pelajaran fisika, paling sebal dengan pelajaran bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia kami, Bu Rahmat, sering memberi kesempatan pada murid-muridnya untuk memeriksa ulangan sendiri. Kertas-kertas hasil ulangan akan disebarkan acak dan tentu saja tidak boleh memeriksa hasil ulangan sendiri.
Aku pernah memeriksa hasil ulangan temanku Henry itu. Wah…, jawabannya benar-benar membuatku takjub!
Pertanyaan: Siapa nama tokoh utama wanita dalam Layar terkembang?
Jawaban Henry: Madonna
Pertanyaan: Bagaimana akhir kisah pada cerita Sengsara Membawa Nikmat?
Jawaban Henry: Baca aja sendiri di halaman akhir
Dan Henry benar-benar tidak peduli kalau hasil ulangan bahasa Indonesia kali itu mendapat nilai 4.
Yang kedua, adalah temanku SMA bernama Kawindra. Panggilannya unik, Kawin. Sampai-sampai guruku dulu pernah menganggap temanku tidak sopan karena berulangkali meneriakkan kata ”Kawin”. Padahal maksudnya ya memanggil temanku si Kawin itu.
Kalau di kelas, dia sering duduk di belakangku atau di bangku seberangku. Jadi aku sangat mengenal perilakunya yang tidak pernah menyimak pelajaran dengan baik. Dia lebih suka berkhayal membuat cerita sendiri dan mempraktekkannya dengan menirukan suara seperti pemain wayang atau pemain ketoprak. Ada-ada saja ceritanya tiap hari. Dan aku senang kalau dia duduk di belakangku, karena seperti mendapat hiburan gratis. Apalagi kalau pelajaran terasa membosankan.
Hebatnya, walau berangkat sekolah naik sepeda hanya membawa sebuah buku yang diselipkan di bagian belakang celana dan buku itu tidak pernah diganti karena jarang dipakai untuk menulis, tidak pernah serius mendengarkan pelajaran dan malah asyik membuat cerita sendiri, hasil ulangannya selalu bagus.
Dia juga tidak pernah mengerjakan PR. Sebelum jam pelajaran dimulai, dia akan pinjam PR-ku untuk disalin. Aku memang tidak pernah keberatan PR-ku dicontek, apalagi oleh Kawin. Karena Kawin tidak hanya sekedar mencontek, tapi betul-betul mengoreksi jawabanku. Bahkan untuk PR yang menurutku paling rumit: membuat rantai kimia. Aku hanya bisa memandangnya kagum ketika dia menjelaskan ini dan itu untuk membetulkan jawaban PR-ku.
Ketika kemudian dia diterima UMPTN di Fakultas Biologi Lingkungan, tetap saja kelakuannya tidak berubah. Aku pernah sengaja datang ke rumahnya karena mau pinjam buku-buku literatur untuk mendukung karya ilmiah tentang pengolahan limbah plastik yang sedang kususun bersama teman-teman untuk ikut lomba di kampus. Dia bilang bahwa dia tidak punya buku kuliah sama sekali. Membacanya pun tidak.
”Lho, lalu kalau kamu bikin paper gimana? Kan pasti ada literatur pendukung yang kamu kutip,” tanyaku terheran-heran.
Dengan santai, dia menjawab,”Oh..., kubuat ngawur saja. Kutulis teori-teori sendiri, lalu kucantumkan di footnote judul buku, nama pengarang, halaman yang aku karang sendiri. Padahal sebenarnya buku itu nggak ada sama sekali.”
”Dosenmu tidak tahu?”, tanyaku lagi.
”Tidak, tuh. Nilainya juga keluar kok. Biasanya dapat B.”
Kembali aku hanya bisa memandangnya dengan kagum.

v.a

2 komentar:

Yoga Arsa mengatakan...

Wah ternyata Mas Henry tuh special person buat mbak ya. Kayaknya aku wajib mempertemukan kembali kalian berdua deh.
Hehehehe...

Anonim mengatakan...

Mbak Dulu pernah kenal aku enggak...
kalau pernah mungkin akan memasukkan aku ke blog...
"Manusia-manusia BODO yang Pernah Kukenal"
hahahaha
salam kenal
mampir ke blog saya ya