Kamis, 14 Februari 2008

Nama saya: Ir. ABCD, SE, MM, MT, MSi

Aku sering memperhatikan undangan-undangan pernikahan yang dikirimkan untuk orangtuaku atau untukku. Biasanya, akan terpampang nama lengkap plus sederet gelar, kalau pasangan pengantin atau orangtua mereka mempunyainya. Bahkan, ada yang nama lengkapnya lebih pendek dari deretan gelarnya.
Aku bertanya-tanya, sebenarnya apa ya gunanya memasang deretan gelar tersebut? Untuk menambah gengsi, atau supaya namanya terlihat lebih panjang, atau adakah pengaruh dengan jumlah sumbangan? Kalau namanya bergelar panjang berderet-deret, maka jumlah sumbangan yang akan diterima semoga juga berderet-deret? Ah, rasanya kok tidak ada korelasinya.
Ketika kantor tempatku bekerja dulu akan menyampaikan surat ke Bank Indonesia, aku diminta menanyakan nama lengkap beserta gelarnya dari pejabat yang akan dituju. Tanpa diduga, aku mendapat jawaban dari staff beliau begini, ”Oh, ditulis saja nama beliau. Tidak perlu mencantumkan gelar, karena kami di sini memang dianjurkan untuk tidak memasang gelar.”
Wah, baru kali ini aku mendapat jawaban seperti itu. Biasanya, aku akan diberi kartu nama dengan pesan keramat: jangan salah menuliskan nama dan gelar lengkapnya, ya.
Barangkali di BI ada prinsip: tidak perlu pasang gelar, yang penting tunjukkan prestasi dengan kerja sebaik-baiknya. Semoga memang begitu.
Mas Lukas, putra sahabat Ibuku, yang mendapat beasiswa S2 dan S3 di London pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya dan mendapat gelar PhD sebagai ahli biologi. Ketika Ibuku menerima undangan pernikahannya, hanya tercantum namanya tanpa gelar sama sekali. Padahal, PhD gitu lho!
Vivi, sahabatku sejak SMP yang mengambil double degree Master dan tinggal di Arkansas, Texas minta tolong kepadaku untuk membuatkan undangan pernikahannya. Pernikahannya diselenggarakan di Ohio, tapi dia ingin aku yang mendesain dan membuat undangannya di Jogja. Dia mengirim email berisi teks yang harus aku cantumkan di undangan tersebut. Kubaca, disitu namanya dan suaminya ditulis apa adanya tanpa gelar sama sekali.
Barangkali, memang demikian lazimnya di sana. Apalagi, Vivi ini memang kukenal sebagai orang yang rendah hati. Barangkali, di sana justru orang akan terheran-heran kalau melihat berderet nama dan gelar yang saling beradu menyita perhatian. Bisa-bisa, lupa nama pengantinnya, malah yang teringat gelarnya saja. Hahaha...

v.a

Tidak ada komentar: